Perjalanan yang ditempuh membutuhkan waktu 15 menit dari kantor kami. 10 menit menyusuri jalan raya Magelang, setelah itu 5 menit menyusuri jalan ke dalam restaurant. Jalan ke dalam restaurant terlihat lenggang, kontras ketika hendak sampai ke tempat yang dituju, terlihat ramai sekumpulan orang berkerumun.
Nampaknya restaurant ini berdiri sesudah tahun 2006, sehingga mustahil rekan kami yang pergi ke Yogya pada tahun 2006, sudah mengunjungi restaurant ini.
Teryanta banyak orang yang hendak menyantap makanan non-kholesterol ini! Adalah Je-Jamuran, restaurant yang dimaksud.
Di resto ini tersedia berbagai macam menu makanan dan minuman dari Jamur. Karena banyaknya Jamur, maka dinamakan Je-Jamuran. Di sini tersedia makanan yang berasal dari Jamur Tiram Putih, Jamur Tiram Coklat, Jamur Tiram Abu-Abu, Jamur Kancing, Jamur Kuping, Jamur Shitake, Jamur Lingzhi dan masih banyak lagi.
Karena Jamur adalah makanan non-kholesterol, ketika memilih makanan yang akan disantap, kami seperti orang kelaparan: • Sate Jamur • Tongseng Jamur • Jamur Portabello • Jamur Pedas Manis • Pepes Jamur Shitake Porsi dibuat 2 piring, walaupun kami hanya bertiga
Hidangan Je-Jamuran
Untuk minumannya dipilih Sarapella dingin. Nama Sarapella adalah plesetan dari buah Sarsapilla, buah ini berasal dari Amerika Tengah. Apakah di Yogya juga sudah dibudidayakan juga? Nanti saya akan cari informasi, apakah buah ini budidaya lokal atau import. Bentuk botolnya unik, seperti dibawah ini.
Minuman Saparella dari buah Sarsapilla
Sambil menunggu hidangan, kami melihat budidaya aneka Jamur di halaman belakang. Ternyata baglog Jamur Tiram Putih yang dipakai adalah ala Jepang, yaitu baglognya panjang seperti sanksank tinju. Setelah rekan saya berfoto, kami melanjutkan melihat jenis lain.
Jamur Tiram Putih ala Jepang
Baglog-baglog siap tanam
Setelah puas melihat budidaya Jamur dan beristirahat sejenak, kini tibalah saatnya menikmati hidangan
.
Seorang rekan sedang beristirahat
Diiringi live musik, berirama Latin, bukan langgam Jawa, kami menikmati hidangan Je-Jamuran. Musiknya terasa menyegarkan, setelah hari-hari yang lalu selalu mendengarkan langgam Jawa yang selalu didendangkan oleh rekan saya satu kamar setiap pagi. “Yeng in tawang ono lintah”….begitu intro dinyanyikan setiap paginya.
Rasanya, mphh…lembut dan nikmat. Terlihat menu ini memang diracik agar menyerupai rasa aslinya.
Rasanya, mphh…lembut dan nikmat. Terlihat menu ini memang diracik agar menyerupai rasa aslinya.
Live musik menghibur pengunjung resto Je-jamuran